Rabu, 22 Desember 2010

Puisi

“BUNDA”


Bunda ku... Kelopak mataku

Tak terkecap oleh kata besar

Kasih sayang mu

Tak terhitung waktu semua

Pengorbananmu

Dalam hangat elus lembut...

Pada bijak setiap tutur

Keputusan mu


Bunda...

Tak pernah teraba sampai

Dimana batas sebuah

Perjuangan

Begitu sulit kau bertahan atas

Anugerah dalam rahim mu

Terusik dalam butir-butir peluh

Didahimu


Bunda...

Dimanakah kini ku harus

Temukan mu atau dapatkah ku

Dapati lagi

Wanita mulia sepertimu.

Kurindu Bunda... atas satu

Perpisahan ini

Maafkan nanda

Atas segala salah, s’gala dosa

Bunda, takan pernah bisa

Terbalas jasamu, pengorbanan

Yang

Begitu besar dan tak ternilai

Bahakan sampai tertutup matamu

Ketika kau ajari aku, saatku

Tertatih menapakkan kaki

Ketika dahagaku mengusik tidur

Malas mu

Ketika dengan tulusmu,

Balutkan kain diatas tubuhku

Kau hirau segala lelah... tuk

Selalu menjagaku

Bunda... Demi do’a-do’a yang

Terucap pada sujud sembahmu

Kau percayakan keputusanmu

Padaku

Dalam tuntun kasih.... saat ku

Tersenggal pada kelak gelap

Malam


Bunda...

Ku ingin bahagiakan hari tuamu,

Seperti kau bahagiakanku

Serta balas setiap tetes

Keringatmu, beri yang terbaik

Untukmu




“MENTARIKU”


Renjana yang hening dan sejuk

Yang lewat di sela-sela

Basahnya rumput hijau

Menghampirkan aku

Pada sebuah perjalan hidup,

Yang jauh dan panjang

Dan di situ aku

Menjumpai berjuta makna,

Dalam mata dan hati

Sesungguhnya

Tentang ribuan cita-cita

Tentang jutaan rasa sayang

Yang tak mudah bergeming dari

Apapun

Dedaunan melayang,

Menyeruak tulus kala kualunkan

Suara naluri

Sesuatu yang terulang kembali,

Yang semakin sirna

Dan...

Kutangkupkan pelipisku

Ku ayunkan risauku

Oh...

Telah pulakah mentariku sirna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar