“BUNDA”
Bunda ku... Kelopak mataku
Tak terkecap oleh kata besar
Kasih sayang mu
Tak terhitung waktu semua
Pengorbananmu
Dalam hangat elus lembut...
Pada bijak setiap tutur
Keputusan mu
Bunda...
Tak pernah teraba sampai
Dimana batas sebuah
Perjuangan
Begitu sulit kau bertahan atas
Anugerah dalam rahim mu
Terusik dalam butir-butir peluh
Didahimu
Bunda...
Dimanakah kini ku harus
Temukan mu atau dapatkah ku
Dapati lagi
Wanita mulia sepertimu.
Kurindu Bunda... atas satu
Perpisahan ini
Maafkan nanda
Atas segala salah, s’gala dosa
Bunda, takan pernah bisa
Terbalas jasamu, pengorbanan
Yang
Begitu besar dan tak ternilai
Bahakan sampai tertutup matamu
Ketika kau ajari aku, saatku
Tertatih menapakkan kaki
Ketika dahagaku mengusik tidur
Malas mu
Ketika dengan tulusmu,
Balutkan kain diatas tubuhku
Kau hirau segala lelah... tuk
Selalu menjagaku
Bunda... Demi do’a-do’a yang
Terucap pada sujud sembahmu
Kau percayakan keputusanmu
Padaku
Dalam tuntun kasih.... saat ku
Tersenggal pada kelak gelap
Malam
Bunda...
Ku ingin bahagiakan hari tuamu,
Seperti kau bahagiakanku
Serta balas setiap tetes
Keringatmu, beri yang terbaik
Untukmu
“MENTARIKU”
Renjana yang hening dan sejuk
Yang lewat di sela-sela
Basahnya rumput hijau
Menghampirkan aku
Pada sebuah perjalan hidup,
Yang jauh dan panjang
Dan di situ aku
Menjumpai berjuta makna,
Dalam mata dan hati
Sesungguhnya
Tentang ribuan cita-cita
Tentang jutaan rasa sayang
Yang tak mudah bergeming dari
Apapun
Dedaunan melayang,
Menyeruak tulus kala kualunkan
Suara naluri
Sesuatu yang terulang kembali,
Yang semakin sirna
Dan...
Kutangkupkan pelipisku
Ku ayunkan risauku
Oh...
Telah pulakah mentariku sirna